Thursday, 31 May 2012

18 - BEBAN PIKUL ITU AMAT-LAH BERAT


Beban-pikul itu amat berat ibarat berenang di tengah lautan yang terbentang luas, 


maka bertemu dengan seekor naga; 



maka hendak berpegang pada naga itu akan mati di telan-nya, 


hendak tidak berpegang pula akan terlemas dalam lautan dalam.
(Petikan daripada majalah Silat karya seni Penjurit-Kepetangan Melayu)




"bukan barang barang hulubalang; penjurit kepetangan juga orang nya"
Sang Winara Jaya.

Sunday, 27 May 2012

17 - TABAT



Alkisah cerita ini berawal dari sebuah padepokan atau pondok pesantren di daerah Purwodadi Jawa Tengah. Di pesantren tersebut tinggalah seorang Kiyai yang memiliki seorang Puteri berserta para santri yang sedang menimba ilmu agama. Salah seorang santri yang mengabdikan diri di pondok tersebut merupakan seorang pemuda yang sangat bodoh. Bertahun-tahun lamanya pemuda tersebut belajar ilmu agama tetapi tidak ada satu pun ilmu yang ia dapat dek kerana kebodohannya itu,  melainkan hanya sepotong ayat dari Surah Al-Lahab yang berbunyi “Tabat Yada”. Maka dari situlah ia dipangil “Si Tabat”. Walaupun bodoh, Si Tabat ini adalah seorang santri yang sangat patuh kepada Sang Guru yakni Kiyai tersebut. Apa pun perintah dari Sang Guru pasti akan ia laksanakan tanpa berfikir panjang.
Pada suatu ketika Sang Puteri Kiyai tersebut mendapat sakit yang aneh. Bertahun-tahun berobat kesana-kemari ke orang-orang pintar, tabib dan dukun tetapi tidak jua kunjung sembuhnya. Maka Sang Kiyai pun berasa hampir putus asa diatas nasib yang menimpa Puterinya. Akhirnya Sang Kiyai pun berdoa memohon petunjuk kepada ALLAH S.W.T agar diberi petunjuk untuk kesembuhan Puterinya. Ketika saat Sang Kiyai sedang tidur, ia bermimpi ada satu suara yang mengatakan “Jika Sang Puteri ingin sembuh maka yang mengetahui akan ubatnya adalah Nabi Khidir A.S. Setelah terbangun Sang Kiyai merasa bingung terhadap mimpinya semalam dan beliau berfikir bagaimana caranya untuk mencari Nabi Khidir dan siapakah yang layak untuk mencarinya.


Setelah berfikir dengan mendalam akhirnya Kiyai tersebut memanggil Si Tabat untuk menghadapnya dan diberi tugas untuk mencari Nabi Khidir. Karena kepatuhannya Si Tabat tanpa berfikir panjang langsung menerima apa sahaja yang diamanatkan dari Gurunya tanpa mengetahui siapa dan dimanakah Nabi Khidir. Setelah mendapat amanat tersebut Tabat langsung pergi mencari Nabi Khidir, tetapi saat keluar dari pesantren Tabat kembali lagi menemui Sang Kiyai. Karena kebodohannya Tabat baru menyadari siapa dan dimanakah orang yang harus dicarinya. Akhirnya Sang Kiai menjelaskan siapakah Nabi Khidir itu. Dan Sang Kiyai berkata “Jika kamu ingin mencari Nabi Khidir maka kamu harus menyusuri sungai hingga nanti akan kamu bertemu dengan seseorang yang memakai jubah putih. Setelah bertemu dengan Nabi Khidir nanti kamu harus bertanya apakah ubat yang dapat menyembuhkan Puteriku daripada penyakitnya yang aneh itu”. Setelah mendapatkan penjelasan dari gurunya itu Tabat pun langsung berangkat dengan menyusuri sungai mencari Nabi Khidir. 


Maka bertahun-tahun Si Tabat berjalan menyusuri sungai tersebut dalam mencari Nabi Khidir. Ketika di tengah perjalanan Tabat melewati sebuah Perkuburan Lama. Pada saat itu jualah dia terdengar akan suara tanpa rupa yang memanggilnya. “Tabat kamu mahu kemana nak?”. Tabatpun langsung menjawab “Siapa kisanak? Aku mau mencari Nabi Khidir”.  Suara itu menjawab “Aku orang yang berada di dalam kuburan ini. Kebetulan sekali nak, bolehkah aku meminta tolong kepadamu?.”  Ternyata orang yang ada di dalam kubur tersebut adalah seorang yang alim, tetapi saat dia di dalam alam kubur selalu disiksa.  Dan ia ingin meminta tolong kepada Tabat jika bertemu dengan Nabi Khidir agar ditanyakan mengapa dia disiksa. Si Tabat pun langsung bersetuju dengan permintaan seorang di dalam kubur tersebut.

Tabat pun melanjutkan perjalanan menyusuri sungai dan di tengah perjalanan dia bertemu dengan sepohon Mangga yang besar. Pohon mangga itu pun juga berbicara pada Tabat dan memohon agar ditanyakan kepada Nabi Khidir. “Mengapa buah manggaku tidak pernah diambil dan dimakan  orang?” Tabat pun juga bersetuju diatas permintaan pohon mangga itu.


Tabat pun melanjutkan pencariannya lagi dan di tengah perjalanan ia menjumpai sebuah Sumur Tua dan anehnya sumur tua itu pun berbicara kepadanya serta memohon pertolongan jika bertemu dengan Nabi Khidir untuk ditanyakannya “Mengapa air didalam sumurku ini tidak pernah diminum orang?”. Tabat pun bersetuju diatas permintaan sumur tua itu dan menjawab “Ya”.


Setelah bertahun-tahun menyusuri sungai, akhirnya usaha Tabat membuahkan hasil. Ia menjumpai seorang Tua yang memakai jubah putih bersih. Tabat pun menghampiri dan bertanya “Adakah Kisanak Nabi Khidir?”. Ternyata orang tua yang berjubah putih itu adalah Nabi Khidir. Tabat pun langsung menangis dan bersujud karena bersyukur kepada ALLAH setelah usahanya di perkenankan.
Tabat langsung menyampaikan amanat dari Sang Kiyai bahawa Sang Kiyai ingin meminta petunjuk untuk penyakit puterinya. Nabi Khidir pun menjawab dan memberi petunjuk jika Sang Puteri itu ingin sembuh dari penyakitnya maka dia harus dinikahkan. Karena kebodohannya, Tabat langsung menerima jawapan tersebut tanpa bertanya dengan siapa Puteri itu harus bernikah.
Setelah itu Tabat menyampaikan pesan permasalahan  dari Orang yang berada di dalam kubur itu, pohon mangga dan sumur tua. 
Nabi Khidir menjawab “Sebenarnya orang yang berada di dalam kubur itu adalah seorang Ulama, karena ia memiliki ilmu tetapi tidak pernah disampaikan kepada orang lain maka di dalam kubur arwahnya menjadi tidak tenang. Jika orang itu ingin bebas, maka suruh lepaskan ilmunya kepadamu Tabat. maka ia akan menjadi tenang di alam kubur”.


“Mengapa pohon mangga buahnya tidak pernah di ambil orang walhal buahnya besar-besar. Hal itu dikarenakan di dalam pohon mangga itu terdapat Pusaka yang ampuh. Jika ingin buahnya diambil dan dimakan orang. Maka ambillah pusaka itu.”


“Yang terakhir mengapa sumur itu airnya tidak pernah diambil orang. Itu karena di dalam sumur itu terdapat sebuah emas. Jika ingin airnya diambil oleh orang maka suruh sumur itu serahkan emasnya kepadamu.”


Setelah mendapatkan amanat dari Nabi Khidir, Tabat langsung memohon untuk kembali pulang. Setibanya ia di sumur tua Tabat menyampaikan apa yang diamanatkan Nabi Khidir. Akhirnya diberikanlah kepada Tabat emas yang ada didalam sumur itu. Setelah menemui Mangga diberikanlah pusaka ampuh dari pohon mangga itu. Setelah sampai dikuburan diberikanlah tabat ilmu dari ulama itu. Akhirnya Si Tabat manjadi orang yang Pandai, Kaya dan Sakti.
Setelah bertahun-tahun berkelana akhirnya Tabat tiba di Pesantren. Semua orang tidak mengenalinya karena Tabat terlihat bagaikan seorang yang pandai berpendidikan, sopan dan santun. Berbeda dengan tabat beberapa tahun yang lalu. Bahkan gurunya Sang Kiyai pun tidak juga mengenalinya karena perubahan Si Tabat. Akhirnya setelah Tabat menceritakan apa yang terjadi akhirnya Kiai pun terharu akan diri Tabat yang ada sekarang. Sang Kiyai dan para teman-teman santrinya tidak menyangka setelah kembali Tabat menjadi seorang yang pandai, kaya dan sakti. Tabat juga menyampaikan ubat untuk kesembuhan Puteri Kiyai iaitu agar Sang Puteri dinikahkan. Tetapi Kiyai bertanya dengan penuh rasa ragu “Kepada siap harus kunikahkan Tabat?” Tabat pun juga tidak tahu kepada siapa harus dinikahkan. Karena Si Tabat yang berjasa dan dapat menemukan Nabi Khidir akhirnya Tabat dinikahkan dengan Puteri Kiyai tersebut. Akhirnya Sang Puteri pun sembuh dan menjadi isteri Tabat serta hidup bahagia.
Karena kepatuhan terhadap guru dan orang tua akan mendatangkan berkah.

Itulah sepenggal cerita yang saya kutip saat menghadiri Pengajian Akbar dalam rangka Khoul Manakib Syeikh Abdul Khodir Al-Jaelani dan KH. Jauhari Umar di Pasutuan Jawa Timur.

(Petikan dari laman blog : by bemby : http://bembiz.wordpress.com/2010/04/26/si-tabat-yang-bodoh/)

Purwodadi adalah nama tempat yang populer dalam bahasa Jawa. Dalam ejaan latin bahasa Jawa, "purwodadi" ditulis sebagai "purwadadi" ("purwa" dan "adi") yang berarti "awal yang besar/agung".

Thursday, 17 May 2012

16 - DATOK HULUBALANG "AKI" MAT KILAU


Mat Kilau (1847 - 1970) merupakan seorang pahlawan Melayu yang berjuang menentang penjajah British di Pahang. Nama penuh beliau adalah Mat Kilau bin Imam Rasu atau T0k Gajah. Ibu beliau adalah Mahda iaitu anak kepada Tok Kaut Burau. Mat Kilau dipercayai lahir dalam tahun 1865/1866 di Kampung Masjid, Pulau Tawar, Jerantut, Pahang.[perlu rujukan] Mat Kilau pandai mengaji, berzanji dan berdikir maulud serta belajar berdikir rebana yang dikenali sebagai "Dikir Pahang". Hobi Mat Kilau adalah bermain gasing dan berlaga buah keras.[perlu rujukan]
Apabila berusia lebih kurang 20 tahun, Mat Kilau berkahwin dengan seorang gadis yang bernama Yang Chik binti Imam Daud, dari Kampung Kedondong. Imam Daud adalah seorang guru agama yang disegani di daerah Pulau Tawar, Jerantut, Pahang dan juga merupakan guru mengaji kepada Mat Kilau dan rakan-rakanya. Hasil perkahwinan ini Mat Kilau telah dikurniakan tiga orang anak. Setelah berkahwin barulah Mat Kilau belajar bersilat dan menuntut ilmu kebatinan. Mat Kilau bukan sahaja belajar bersilat sebagaimana sahabatnya yang lain, bahkan beliau lebih mendalami silat dengan menggunakan senjata seperti keris dan parang. Mat Kilau juga banyak menuntut ilmu daripada ayahnya sendiri iaitu Tok Gajah. Ilmu kebatinan secara agama banyak dituntutnya daripada Haji Montok (Hj.Uthman bin Senik) yang merupakan mufti Pahang ketika itu.
Mat Kilau juga dikatakan pergi bertapa di Gua K0ta Gelanggi yang terletak tidak jauh dari Pulau Tawar untuk mendalami ilmu yang dituntutnya. Gua tersebut masih ada hingga kini. Menurut beberapa pendapat orang-orang lama, gua ini boleh menghubungkan Pahang, Terengganu dan Kelantan, selain dipercayai menjadi kediaman para jin islam.[perlu rujukan]

Sejarah perjuangan


Mat Kilau mempunyai sifat-sifat seorang pemimpin dan pemikiran yang matang telah menjadikan beliau seorang pemuda yang sangat disegani dan dihormati. Mat Kilau mempunyai cara pemikiran yang matang. Pada bulan Oktober 1888 semasa T0k Gajah berada di Pekan, Hugh Clifford telah datang ke Pulau Tawar dan berunding dengan Mat Kilau. Ini menunjukkan Clifford mempercayai idea-idea Mat Kilau. Beliau suka bergaul dengan setiap lapisan masyarakat dan ini membuatkan beliau menjadi seorang yang luas pandangan dan mendapat kepercayaan penuh dari masyarakat. Mat Kilau adalah seorang yang jujur dan tegas, justeru itu dia sangat disegani dan amat dikasihi oleh pengikut-pengikutnya. Pengikutnya terlalu ramai,tetapi yang diketahui namanya ialah Pawang Nong, Teh Ibrahim, Mat Kelubi, Mat Ali (khatib), Awang (Imam) dan Mat Tahir. Mereka ini sanggup sehidup semati dengan Mat Kilau.[perlu rujukan]

Buruan British

Khabar yang menyatakan Mat Kilau mati tersiar di dalam akhbar-akhbar Inggeris yang diterbitkan di Singapura. The Straits Times dan The Free Press menyatakan "Ketua Pendehaka, iaitu Dat0 Bahaman telah jatuh ke tangan pemerintahan Siam pada bulan Oktober,1895. The Free Press pula memberitahu bahawa Mat Kilau telah melawan apabila hendak ditawan dan akibatnya dia telah cedera di muka dan di kepalanya. Luka-luka itu sangat parah dan dia telah mati di dalam perjalanan ke hilir Kota Bharu disebabkan kehilangan banyak darah. Dengan tersiarnya berita kematian Mat Kilau oleh akhbar The Free Press keluaran 22 Oktober 1895, maka pada pendapat umum tamatlah sudah riwayat Mat Kilau. Akan tetapi apa yang sebenarnya berlaku tiada diketahui kecuali beberapa orang sahabatnya seperti Mustafa bin Awang Mat (Jusoh Rimau), Pendekar Tok Demali, Raja Ibrahim (Pak Him), Mat Kelantan dan beberapa orang lain. Disebabkan Mat Kilau dicop sebagai 'penderhaka' oleh Inggeris,maka terpaksalah Mat Kilau mengasingkan diri dan berpindah dari satu tempat ke satu tempat dan akhirnya bermastautin di Batu 5,Jalan Kuantan-Gambang. Semenjak 1930 Mat Kilau juga terpaksa menukar namanya buat beberapa kali dan akhirnya dia memakai nama Mat Siam.[perlu rujukan]

Keluar dari persembunyian


Dalam bulan Disember 1969, Tuhan telah menggerakkan hati Mat Kilau yang pada itu memegang kad pengenalan diri K/P 2044778 dan bernama Mohamad bin Ibrahim,memperkenalkan dirinya yang sebenar.Untuk mengelakkan dirinya dari menjadi tumpuan ramai,maka Mat Kilau telah bersetuju mengumumkan dirinya di kampung kelahirannya. Atas daya usaha Omar bin Mat Kilau,maka Mat Kilau dibawa ke Kampung asalnya iaitu Kampung Masjid, Pulau Tawar Jerantut. Pada hari Jumaat 26 Disember 1969, Mat Kilau telah pergi ke Masjid di Kampung Masjid untuk bersembahyang Jumaat. Selepas sembahyang, Mat Kilau telah mebaca Quran dan kemudiannya mengistiharkan dirinya sebagai Mat Kilau.
Pengisytiharan ini telah mengemparkan orang ramai sehingga Kerajaan Pahang menubuhkan sebuah jawatankuasa untuk menyiasat. Jawatankuasa itu dibentuk pada 8 Januari 1970. Beberapa orang telah ditemuramah bagi membuktikan bahawa Mat Siam itu adalah Mat Kilau. Setelah disahkan maka pada pukul 10.30 pagi hari Khamis, 6 Ogos 1970, Mat Siam diisytiharkan sebagai Mat Kilau oleh Menteri Besar Pahang, YAB Tan Sri Haji Yahaya Mohd Seth. Setelah empat hari selepas pengumuman pengiktirafan terhadap dirinya dibuat, Mat Kilau meninggal dunia kerana keuzuran. Usianya ketika itu dipercayai berusia 122 tahun.

(Sumber dari http://ms.wikipedia.org/wiki/Mat_Kilau)

"Cu Aki pilih untuk berSolok tidur"



A011
"(Sekiranya kamu berbuat demikian), Ia akan menghantarkan hujan lebat mencurah-curah, kepada kamu;

(Nuh 71:11)


Banjir Besar 1971 Kuala Lipis, Pahang


Banjir Besar 1971 Kuala Lumpur,

Saturday, 5 May 2012

15 - ISIM PUSAKA KERAMAT ILMU HULUBALANG

Hulubalang Gelaran DarjatKu,


KeInderaan Asal KeturunanKu,


Bukit Seguntang Tanda KeramatKu,

Gunung Daik Isim IlmuKu, 

Keris *** Pakaian KesaktianKu,


Nusantara Itulah Daulat MelayuKu.


(0leh : Tengku Panglima ..... Alauddin Saifullah)

Thursday, 3 May 2012

14 - SEDARLAH WAHAI UMAT MUHAMMAD S.A.W

Usahlah kamu Percaya dengan apa yang kamu Lihat,



Dan janganlah juga kamu Percaya dengan apa yang kamu Dengar,


Tetapi Percayalah dengan apa yang kamu Rasa (Al-Quran, Rasullullah S.A.W, ALLAH S.W.T),


Kerana setiap Rasa itu adalah Rahsia,
Dan Rahsia itu adalah R0hsia,


Kerana ALLAH jualah yang mengetahui segala sesuatu yang Zahir mahupun yang Batin,



(Oleh :  Tuan Sheikh Muhammad Rosul Al-Ayubi)
 
Mereka (seolah-olah orang yang) pekak, bisu dan buta; dengan keadaan itu mereka tidak dapat kembali (kepada kebenaran).

Dan bandingan (orang-orang yang menyeru) orang-orang kafir (yang tidak mahu beriman itu), samalah seperti orang yang berteriak memanggil binatang yang tidak dapat memahami selain dari mendengar suara panggilan sahaja; mereka itu ialah orang-orang yang pekak, bisu dan buta; oleh sebab itu mereka tidak dapat menggunakan akalnya.
(Al-Baqarah 2:171)

Tuesday, 1 May 2012

13 - PUSAKO RAJO

Mambang Segara Jajahan TaklukKu,


Rajawali Tunggangan KeramatKu,


Naga Jelmaan Panglima PertapaKu,


Gong Itu Lambang KebesaranKu,



Pagar Ruyung Itu Asal IlmuKu,


Tiang Pasak Tergantung Itulah DaulatKu.


Istiadat Pewaris Penjurit-Kepetangan Melayu (IPPM)


(0leh : Tengku Panglima ..... Alauddin Saifullah)