Alkisah cerita ini berawal dari sebuah
padepokan atau pondok pesantren di daerah Purwodadi Jawa Tengah. Di pesantren tersebut tinggalah seorang Kiyai yang memiliki seorang Puteri berserta
para santri yang sedang menimba ilmu agama. Salah seorang santri yang mengabdikan
diri di pondok tersebut merupakan seorang pemuda yang sangat bodoh.
Bertahun-tahun lamanya pemuda tersebut belajar ilmu agama tetapi tidak
ada satu pun ilmu yang ia dapat dek kerana kebodohannya itu, melainkan hanya sepotong
ayat dari Surah Al-Lahab yang berbunyi “Tabat Yada”. Maka dari situlah
ia dipangil “Si Tabat”. Walaupun bodoh, Si Tabat ini adalah seorang santri
yang sangat patuh kepada Sang Guru yakni Kiyai tersebut. Apa pun perintah dari Sang Guru pasti akan ia laksanakan tanpa berfikir panjang.
Pada suatu ketika Sang Puteri Kiyai
tersebut mendapat sakit yang aneh. Bertahun-tahun berobat kesana-kemari ke orang-orang
pintar, tabib dan dukun tetapi tidak jua kunjung sembuhnya. Maka Sang Kiyai pun berasa
hampir putus asa diatas nasib yang menimpa Puterinya. Akhirnya Sang Kiyai pun berdoa memohon
petunjuk kepada ALLAH S.W.T agar diberi petunjuk untuk kesembuhan Puterinya.
Ketika saat Sang Kiyai sedang tidur, ia bermimpi ada satu suara yang
mengatakan “Jika Sang Puteri ingin sembuh maka yang mengetahui akan ubatnya adalah Nabi
Khidir A.S. Setelah terbangun Sang Kiyai merasa bingung terhadap mimpinya semalam dan
beliau berfikir bagaimana caranya untuk mencari Nabi Khidir dan siapakah yang layak untuk
mencarinya.
Setelah berfikir dengan mendalam akhirnya Kiyai tersebut memanggil Si Tabat untuk menghadapnya dan diberi tugas untuk mencari Nabi Khidir. Karena kepatuhannya Si Tabat tanpa berfikir panjang langsung menerima apa sahaja yang diamanatkan dari Gurunya tanpa mengetahui siapa dan dimanakah Nabi Khidir. Setelah mendapat amanat tersebut Tabat langsung pergi mencari Nabi Khidir, tetapi saat keluar dari pesantren Tabat kembali lagi menemui Sang Kiyai. Karena kebodohannya Tabat baru menyadari siapa dan dimanakah orang yang harus dicarinya. Akhirnya Sang Kiai menjelaskan siapakah Nabi Khidir itu. Dan Sang Kiyai berkata “Jika kamu ingin mencari Nabi Khidir maka kamu harus menyusuri sungai hingga nanti akan kamu bertemu dengan seseorang yang memakai jubah putih. Setelah bertemu dengan Nabi Khidir nanti kamu harus bertanya apakah ubat yang dapat menyembuhkan Puteriku daripada penyakitnya yang aneh itu”. Setelah mendapatkan penjelasan dari gurunya itu Tabat pun langsung berangkat dengan menyusuri sungai mencari Nabi Khidir.
Maka bertahun-tahun Si Tabat berjalan menyusuri sungai tersebut dalam mencari Nabi Khidir. Ketika di tengah perjalanan Tabat melewati sebuah Perkuburan Lama. Pada saat itu jualah dia terdengar akan suara tanpa rupa yang memanggilnya. “Tabat
kamu mahu kemana nak?”. Tabatpun langsung menjawab “Siapa kisanak? Aku mau
mencari Nabi Khidir”. Suara itu menjawab “Aku orang yang berada di dalam
kuburan ini. Kebetulan sekali nak, bolehkah aku meminta tolong
kepadamu?.” Ternyata orang yang ada di dalam kubur tersebut adalah
seorang yang alim, tetapi saat dia di dalam alam kubur selalu disiksa. Dan
ia ingin meminta tolong kepada Tabat jika bertemu dengan Nabi Khidir agar
ditanyakan mengapa dia disiksa. Si Tabat pun langsung bersetuju dengan
permintaan seorang di dalam kubur tersebut.
Tabat pun melanjutkan perjalanan
menyusuri sungai dan di tengah perjalanan dia bertemu dengan sepohon Mangga yang
besar. Pohon mangga itu pun juga berbicara pada Tabat dan memohon agar ditanyakan
kepada Nabi Khidir. “Mengapa buah manggaku tidak pernah diambil dan
dimakan orang?” Tabat pun juga bersetuju diatas permintaan pohon mangga itu.
Tabat pun melanjutkan pencariannya lagi
dan di tengah perjalanan ia menjumpai sebuah Sumur Tua dan anehnya sumur tua
itu pun berbicara kepadanya serta memohon pertolongan jika bertemu dengan Nabi Khidir untuk
ditanyakannya “Mengapa air didalam sumurku ini tidak pernah diminum orang?”.
Tabat pun bersetuju diatas permintaan sumur tua itu dan menjawab “Ya”.
Setelah bertahun-tahun menyusuri
sungai, akhirnya usaha Tabat membuahkan hasil. Ia menjumpai seorang Tua yang memakai jubah putih bersih. Tabat pun menghampiri dan bertanya “Adakah
Kisanak Nabi Khidir?”. Ternyata orang tua yang berjubah putih itu adalah Nabi Khidir.
Tabat pun langsung menangis dan bersujud karena bersyukur kepada ALLAH setelah usahanya di perkenankan.
Tabat langsung menyampaikan amanat dari
Sang Kiyai bahawa Sang Kiyai ingin meminta petunjuk untuk penyakit puterinya. Nabi Khidir pun menjawab
dan memberi petunjuk jika Sang Puteri itu ingin sembuh dari penyakitnya maka dia harus dinikahkan.
Karena kebodohannya, Tabat langsung menerima jawapan tersebut tanpa bertanya dengan siapa Puteri itu harus bernikah.
Setelah itu Tabat menyampaikan pesan
permasalahan dari Orang yang berada di dalam kubur itu, pohon mangga dan sumur
tua.
Nabi Khidir menjawab “Sebenarnya orang yang berada di dalam kubur itu adalah seorang Ulama, karena ia memiliki ilmu tetapi tidak pernah disampaikan kepada orang lain maka di dalam kubur arwahnya menjadi tidak tenang. Jika orang itu ingin bebas, maka suruh lepaskan ilmunya kepadamu Tabat. maka ia akan menjadi tenang di alam kubur”.
Nabi Khidir menjawab “Sebenarnya orang yang berada di dalam kubur itu adalah seorang Ulama, karena ia memiliki ilmu tetapi tidak pernah disampaikan kepada orang lain maka di dalam kubur arwahnya menjadi tidak tenang. Jika orang itu ingin bebas, maka suruh lepaskan ilmunya kepadamu Tabat. maka ia akan menjadi tenang di alam kubur”.
“Mengapa pohon mangga buahnya tidak
pernah di ambil orang walhal buahnya besar-besar. Hal itu dikarenakan di dalam
pohon mangga itu terdapat Pusaka yang ampuh. Jika ingin buahnya diambil dan
dimakan orang. Maka ambillah pusaka itu.”
“Yang terakhir mengapa sumur itu airnya
tidak pernah diambil orang. Itu karena di dalam sumur itu terdapat sebuah emas.
Jika ingin airnya diambil oleh orang maka suruh sumur itu serahkan emasnya
kepadamu.”
Setelah mendapatkan amanat dari Nabi Khidir,
Tabat langsung memohon untuk kembali pulang. Setibanya ia di sumur tua Tabat
menyampaikan apa yang diamanatkan Nabi Khidir. Akhirnya diberikanlah kepada Tabat emas yang
ada didalam sumur itu. Setelah menemui Mangga diberikanlah pusaka ampuh dari pohon
mangga itu. Setelah sampai dikuburan diberikanlah tabat ilmu dari ulama itu.
Akhirnya Si Tabat manjadi orang yang Pandai, Kaya dan Sakti.
Setelah bertahun-tahun berkelana
akhirnya Tabat tiba di Pesantren. Semua orang tidak mengenalinya karena
Tabat terlihat bagaikan seorang yang pandai berpendidikan, sopan dan santun.
Berbeda dengan tabat beberapa tahun yang lalu. Bahkan gurunya Sang Kiyai pun tidak juga mengenalinya karena perubahan Si Tabat. Akhirnya setelah Tabat menceritakan apa yang
terjadi akhirnya Kiai pun terharu akan diri Tabat yang ada sekarang. Sang Kiyai dan para teman-teman
santrinya tidak menyangka setelah kembali Tabat menjadi seorang yang pandai, kaya
dan sakti. Tabat juga menyampaikan ubat untuk kesembuhan Puteri Kiyai iaitu agar Sang Puteri dinikahkan. Tetapi Kiyai bertanya dengan penuh rasa ragu “Kepada siap
harus kunikahkan Tabat?” Tabat pun juga tidak tahu kepada siapa harus dinikahkan.
Karena Si Tabat yang berjasa dan dapat menemukan Nabi Khidir akhirnya Tabat
dinikahkan dengan Puteri Kiyai tersebut. Akhirnya Sang Puteri pun sembuh dan menjadi isteri
Tabat serta hidup bahagia.
Karena kepatuhan terhadap guru dan
orang tua akan mendatangkan berkah.
Itulah sepenggal cerita yang saya kutip saat menghadiri Pengajian Akbar dalam rangka Khoul Manakib Syeikh Abdul Khodir Al-Jaelani dan KH. Jauhari Umar di Pasutuan Jawa Timur.
(Petikan dari laman blog : by bemby : http://bembiz.wordpress.com/2010/04/26/si-tabat-yang-bodoh/)
Purwodadi adalah nama tempat yang
populer dalam bahasa Jawa. Dalam ejaan latin bahasa Jawa, "purwodadi" ditulis
sebagai "purwadadi" ("purwa" dan "adi") yang
berarti "awal yang besar/agung".
No comments:
Post a Comment